KOMUNIKASI KEBIJAKSANAAN PENDIDIKAN

MAKALAH 

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN

KOMUNIKASI KEBIJAKSANAAN PENDIDIKAN 

Di susun oleh: 
1.IKA KARUNIA DEWI 
2. ELI FATMAWATI 
3. ECI AFRILLA 
4. PANJI KURNIAWAN 
5. SUARNI 
6. LIA UMI NURKHOLISAH 
7. YESI 
8. AGUS BUDIYANTO 
9. SAHRUDIN 


Program Study : Manajemen Pendidikan Islam 

Dosen Pengampu :FARAHITA MAYA CANTI DEWI, M.Pd 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)TULANG BAWANG 
TAHUN AKADEMIK 2017/2018 


Kata Pengantar 

    Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang insya Allah kita nantikan syafa’atnya kelak di yaumil akhir.
    Berkat partisipasi dan kerja sama dari berbagai pihak, kami dapat, menyelesaikan makalah Analisis Kebijakan Pendidikan mengenai “KOMUNIKASI KEBIJAKSANAAN PENDIDIKAN”. Kami memohon maaf apabila dalam makalah yang kami susun ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, tata bahasa, juga dalam pembahasan materi ini. Harapan kami adalah semoga makalah yang kami susun dapat membantu dalam pembelajaran dan dapat bermanfaat dalam kehidupan kita semua.


Cahyou Randu, OKtober 2017 


Penyusun 



DAFTAR ISI 

Kata Pengantar     i
DAFTAR ISI       ii
BAB I PENDAHULUAN  hal. 1
1.1 Latar Belakang hal. 1
1.2 Rumusan Masalah hal. 1
1.3 Tujuan Pembahasan hal. 2
BAB II PEMBAHASAN hal. 3
2.1 Pengertian Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan hal. 3
2.2 Fungsi Komunikasi Pendidikan hal. 4
2.3 Tujuan Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan hal. 5
2.4 Unsur – Unsur komunikasi pendidikan hal. 6
2.5 Alasan Perlunya Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan hal. 8
2.6 Batasan Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan hal. 10
2.7 Model Komunikasi Pendidikan hal. 11
2.8 Problema Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan hal. 13
BAB III PENUTUP hal. 17
3.1 Kesimpulan hal. 17
DAFTAR PUSTAKA hal. 18

 ii 


BAB I 
PENDAHULUAN 


1.1 Latar Belakang
    Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses sosial, yaitu sesuatu yang berlangsung atau berjalan antar manusia. Sebagai proses sosial, maka dalam komunikasi terjadi interaksi individu dengan lingkungannya. Inilah yang akhirnya menyebabkan terjadinya proses perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dati tidak paham menjadi paham dan dari yang sebelumnya tidak mengacuhkan situasi masa depan menjadi berantusias sekali akan harapan-harapan positif pada masa yang akan datang.
    Kebijaksanaan pendidikan yang telah disahkan hendaknya senantiasa dikomunikasikan kepada rakyat. Mengapa perlu dikomunikasikan? Agar kebijakan pendidikan tersebut dikenal oleh, dan bahkan dianggap sebagai bagian dari kehidupan rakyat. Dengan perkataan lain, komunikasi kebijaksanaan pendidikan bermaksud mengkhalayakkan rumusan kebijaksanaan yang sudah sah (legitimated) tersebut kepada khalayak luas.


1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari komunikasi kebijaksanaan pendidikan?
2. Apakah fungsi dari komunikasi kebijaksanaan pendidikan?
3. Apakah tujuan dari komunikasi kebijaksanaan pendidikan?
4. Apa saja unsur – unsur komunikasi pendidikan?
5. Apakah alasan diperlukannya komunikasi kebijaksanaan pendidikan?
6. Apakah batasan komunikasi kebijaksanaan pendidikan?



7. Apa saja model-model komunikasi kebijaksanaan pendidikan?
8. Apa saja problema komunikasi kebijaksanaan pendidikan?

1.3 Tujuan Pembahasan 

1. Mengetahui pengertian komunikasi kebijaksanaan pendidikan.
2. Mengetahui fungsi komunikasi pendidikan.
3. Mengetahui tujuan dari komunikasi kebijaksanaan pendidikan.
4. Mengetahui unsur – unsur komunikasi pendidikan.
5. Mengetahui alasan perlunya komunikasi kebijaksanaan pendidikan.
6. Mengetahui batasan komunikasi kebijaksanaan pendidikan.
7. Mengetahui model-model komunikasi kebijaksanaan pendidikan.
8. Mengetahui problema komunikasi kebijaksanaan pendidikan.


BAB II 
PEMBAHASAN 

2.1 Pengertian Komunikasi Kebijaksanaan 
    Pendidikan Wilbur Schrarmm (Ashadi, 1987, dalam Suprapto, 2006: 4-5) menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process), Schrarmm menguraikan demikian: “Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commoness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide, atau sikap”.
    Dari uraian Schrarmm itu dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commoness), kesepahaman antar sumber (source) dengan penerima (audience-receiver)-nya. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.
    Sedangkan kebijaksanaan adalah seperangkat aturan, dan pendidikan itu menunjuk pada bidangnya. Sehingga, kebijakan pendidikan merupakan seperangkat aturan mengenai pendidikan.
    Maka, komunikasi kebijaksanaan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses berbagi informasi, ide, atau sikap mengenai aturan dalam pendidikan.

2.2 Fungsi Komunikasi Pendidikan 
    Dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai beberapa fungsi. Hal ini sebagaimana menurut Efendi bahwa fungsi komunikasi adalah :


    1. Fungsi Informatif 
      Maksudnya,komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau fakta yang berguna bagi segala aspek kehidupan manusia. Dengan melalui komunikasi maka apa yang ingin disampaikan oleh guru kepada muridnya dapat diberikan dalam bentuk lisan ataupun tertulis.

    2. Fungsi Edukatif 
      Maksudnya,komunikasi berfungsi mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak mendengar, banyak membaca dan banyak berkomunikasi.

    3. Fungsi Persuasif
      Maksudnya ialah bahwa komunikasi sanggup “membujuk” orang untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Membangkitkan pengertian dan kesadaran komunikan, baik bersifat motivasi maupun bimbingan, bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi berubahnya adalah atas kehendak sendiri(bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri

    4. Fungsi Rekreatif
      Dapat menghibur orang pada saat yang memungkinkan. Seperti , Mendengarkan dongeng, membaca bacaan ringan.

2.3 Tujuan Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan
    Tujuan dari komunikasi kebijaksanaan pendidikan adalah mengubah perilaku sasaran, maka berbagai pendekatan teiritis ataupun praktis tentang perubahan prilaku, yang di dunia komunikasi dikenal dengan teori belajar,


diperkenalkan juga dalam pengkajian materi. Gunanya antara lain untuk memudahkan para komunikator, termasuk pendidik seperti uru dan pendidik di berbagai tingkatan, instruktur pelatihan, penyuluh lapangan, mahasiswa komunikasi, mahasiswa pendidikan, dan para praktisi komunikasi lainnya yang akan mengadakan kegiatan komunikasi di lapangan dalam mengenali situasi dan kondisi medan kegiatan yang bersangkutan, termasuk di dalamnya masalah kelompok sasaran yang menjadi subjek komunikasinya. Dengan pengetahuan diharpakan kegiatan komunikasi akan lebih efektif.
    Seluruh kegiatan manusi di manapun berada, selalu tersentuh dengan komunikasi, begitu juga dalam dunia pendidikan. Pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya komunikasi. Dengan kata lain, tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh komunikasi, karena dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi anatara peserta didik dengan peserta didik dan antara pendidik dengan peserta didik.
    Tujuan komunikasi secara umum, antara lain:
1. menetapkan dan menyebarkan maksud daripada suatu usaha.
2. Mengembangkan rencana – rencana untuk mencapai tujuan.
3. Mengorganisasikan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien.
4. Memilih, mengembangkan, menilai anggota.
5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi.

2.4 Unsur – Unsur Komunikasi Pendidikan
    Oteng Sutrisna mengemukakan bahwa dalam proses komunikasi tentunya memerlukan unsur – unsur komunikasi yaitu :
1. Harus ada suatu sumber,


    Yaitu seorang komunikator yang mempunyai sejumlah kebutuhan, ide atau informasi untuk diberikan. Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.

2. Harus ada suatu maksud yang hendak dicapai yang umumnya bisa dinyatakan dalam kata –kata pembuatan yang oleh komunikasi diharapkan akan dicapai.

3. Suatu berita dalam suatu bentuk diperlukan untuk menyatakan fakta, perasaan, atau ide yang dimaksud untuk membangkitkan respon dipihak orang – orang kepada siapa berita itu ditujukan.

4. Harus ada suatu saluran yang menghubungkan sumber berita dengan penerima berita.

5. Harus ada penerima berita. Akhirnya harus ada umpan balik atau respon di pihak penerima berita. Umpan balik memungkinkan sumber berita untu mengetahui apakah berita itu telah diterima dan diinterpretasikan dengan benar atau tidak.

    Komunikasi yang efektif merupakan salah satu perbuatan yang paling sukar dan kompleks yang pernah kita lakukan. Adapun unsur- unsur yang terdapat dalam proses komunikasi, yaitu :

    a. Pengirim pesan (komunikator) 
     Manusia yang berakal yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan pesan komunikasinya. Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat terdiri dari satu orang, banyak orang atau lebih dari satu orang dan massa.


      Pesan merupakan keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Dalam pendidikan biasanya berupa materi pelajaran. Komunikator adalah orang yang menyampaikan lambang-lambang bermakna atau pesan yang mengandung ide, informasi, opini, kepercayaan dan perasaan kepada orang lain (Effendy, 1986:66). Fungsi komunikator adalah pengutaraan pikiran dan perasaannya dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan mnjadi tahu atau berubah sikap, pendapat, atau perilakunya
      Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima oleh komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan. Pada umumnya komunikator dianggap sebagai ahli, apakah keahliannya itu bersifat umum seperti yang timbul dari pendidikan yang lebih baik atau status sosial atau jabatan profesi yang lebih tinggi.

    b. Penerima pesan (komunikan)
      Komunikan adalah pihak yang menerima hubungan dari komunikator.

    c. Pesan
      Pesan adalah segala sesuatu, verbal atau nonverbal yang disampaikan komunikator pada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Komunikasi nonverbal disini adalah komunikasi yang lazim dengan mengunakan suara, mimic, dan gerak –gerik. Sedangkan verbal adalah pesan yang menggunakan bahasa lisan dan tulisan. .
      Pesan ini mempunyai inti dari pesan yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku konsumen. Pesan itu diusahakan dengan memakai bahasa, simbol atau lambang yang sudah dipahami oleh komunikan maupun komunikator itu sendiri, sehingga salah

8

pengertian (miscommunication) dapat dihindari. Selain soal bahasa yang dipergunakan, pesan itu seharusnya “membangkitkan kebutuhan atau keuntungan pihak komunikan”. Karena itu komunikator harus mampu melihat kebutuhan sesamanya di samping kebutuhannya sendiri.
    Bila digambarkan maka model unsur komunikasi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut :
1. Komunikator Pesan Komunikan. 
    Adapun dalam unsur-unsur pendidikan itu pun melibatkan komunikasi yang terdiri dari :
a.) Subjek yang dibimbing (peserta didik) yang dimana dalam proses komunikasi berperan sebagai komunikan yang dimana menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator (pendidik).

b.) Orang yang membimbing (pendidik) yang dimana dalam proses komunikasi berperan sebagai komunikator yang menyampaikan pesan/ informasi yang biasanya berupa materi pelajaran.

c.) Interaksi antara peserta didik (komunikan) dengan pendidik (komunikator).

d.) Ke arah mana bimbingan di tujukan (tujuan pendidikan). Tujuan pendidika juga sangat di pengaruhi oleh apakah komunikasinya berjalan efektif atau tidak.

e.) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).

f.) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) merupakan proses komunikasi berlangsung dalam artian bagaimana merode pengajaran yang dilakukan. Peserta didik akan dapat menangkap materi pelajaran jika komunikasi berjalan dengan efektif.

g.) Tempat di mana peristiwa berlangsung (lingkungan pendidikan).

9

2.5 Alasan - Alasan Perlunya Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan
    1. Agar khalayak memahami lebih dalam.
      Kebijaksanaan pendidikan yang telah dirumuskan harus senantiasa dikomunikasikan secara terus-menerus kepada khalayak, agar khalayak memahaminya lebih dalam. Sebab, tidak diterimanya suatu kebijakan tersebut, bisa jadi bukan karena kebijakan yang dirumuskan tersebut kurang aspiratif, melainkan terutama karena belum dipahaminya secara mendalam oleh khalayak.

    2. Menghindari Kesalahan pemahaman
   Kontinuitas komunikasi sangat penting, jika kita sadari bahwa tidak semua hal yang dikomunikasikan oleh komunikator itu senantiasa dapat dicerna persis oleh komunikan. Kesalahan pemahaman inilah, yang seringkali menjadi penyebab tidak tersosialisasikannya suatu rumusan kebijaksanaan yang sudah sah tersebut. Bahkan, tidak mendukungnya mereka yang terikat oleh kebijaksanaan, terhadap kebijaksanaan yang sah bisa disebabkan salahnya pemahaman akibat kurangnya komunikasi.
    Komunikasi kebijaksanaan juga harus senantiasa dilakukan, agar penetrasi-penetrasi informasi yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan tidak lebih unggul dibandingkan dengan informasi mengenai kebijaksanaan. Informasi-informasi yang salah mengenai kebijaksanaan, dapat dicounter oleh informasi yang benar mengenai kebijaksanaan. Berarti, komunikasi kebijaksanaan juga sekaligus dapat memperbaiki kesalahan interpretasi khalayak terhadap kebijakan.
    Dalam setiap komunikasi, umumnya teradapat halangan atau apa yang disebut dengan barrier. Halangan demikian akan berhasil ditembus, manakala

10 

komunikasi dilakukan secara terus-menerus. Untuk menembus barrier ini, kadang-kadang juga diperlukan siasat tertentu. Lebih-lebih jika sifat barrier telah mentradisi dan mengakar dengan simbol- simbol yang telah dimiliki oleh khalayak. Komunikasi yag dilakukan terus-menerus tersebut haruslah juga memanfaatkan simbol-simbol yang lazim dipakai oleh khalayak sasaran kebijaksanaan.

2.6 Batasan Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan
    Komunikasi adalah suatu proses, yang dalam proses tersebut partisipan bertukar tanda-tanda informasi dalam suatu waktu. Tanda-tanda informasi tersebut dapat bersifat verbal, non verbal, dan paralinguistik. Tanda-tanda verbal dapat berupa kata-kata, angka-angka, baik yang diucapkan maupun yang ditulis. Tanda-tanda non verbal dapat berupa ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, musik, waktu, ruamg, rasa, sentuhan, dan bau. Sedangkan tanda-tanda paralinguistik meliputi: kualitas suara, kecepatan bicara, tekanan suara, vokalisasi, yang digunakan untuk menunjukkan emosi tertentu (Gonzalez, dalam Jahi, 1988, dalam Imron, 2008).
    Komunikasi kebijaksanaan pendidikan adalah sosialisasi atas rumusan-rumusan kebijaksanaan pendidikan yang sudah dilegitimasikan. Sebagai komunikatornya adalah para aktor perumusan kebijaksanaan pendidikan, sedangkan sebagai komunikannya adalah para pelaksana kebijaksanaan pendidikan beserta dengan perangkat dan khalayak pada umumnya. Adapun bahan yang dikomunikasikan adalah rumusan-rumusan kebijaksanaan, mulai dari konsiderannya, isinya, sampai dengan penjelasannya. Para pelaksana kebijakan pendidikan bersama dengan perangkatnya mengkomunikasikan lagi rumusan kebijaksanaan tersebut kepada khalayak umum.

11 

    Khalayak umum sendiri kemudian juga mengkomunikasikan rumusan kebijaksanaan pendidikan kepada sesamanya. Rumusan kebijaksanaan tersebut, menjadi bagian dari kehidupan khalayak, dan oleh karena itu maka mereka mengambil bagian dalam pelaksanaannya.

2.7 Model Komunikasi Pendidikan
    Model komunikasi dapat dibedakan menjadi 3 macam.

1. Model Komunikasi Satu Arah
    Model Komunikasi satu arah lazim disebut sebagai komunikasi aksi. Model komunikasi satu arah ini, umumnya berasal dari arah atas menuju ke bawah. Model komunikasi kebijaksanaan demikian lazim dikenal dengan top down. Komunikasi yang terjadi ialah sepihak. Pembuat kebijaksanaan sebagai komunikatornya, sementara pelaksana dan khalayak menjadi komunikannya. Pembuat kebijaksanaan dianggap sebagai sumber pesan, sementara pelaksana dan khalayak kebanyakan dianggap sebagai penerimanya. Lebih lanjut, para pelaksana bertindak selaku komunikatornya, kemudian khalayak kebanyakan berlaku sebagai penerima pesannya.
    Jika digambarkan, model komunikasi satu arah dari atas ke bawah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sumber Pesan
2. Pesan
3. Saluran
4. Penerima Pesan

12 

    Dalam perkembangan lebih lanjut, model komunikasi satu arah ini mempunyai aliran yang berlawanan, ialah dari bawah ke atas. Model komunikasi kebijaksanaan demikian, dikenal dengan bottom up. Jika digambarkan, adalah sebagai berikut:
1. Sumber Pesan
2. Pesan
3. Saluran
4. Penerima Pesan

2. Model Komunikasi Dua Arah 
    Model komunikasi ini disebut juga model komunikasi interaksi. Model ini, mempunyai dua arah sekaligus, ialah aliran dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Ada kebutuhan yang sama antara perumus kebijaksanaan yang berkapasitas sebagai sumber pesan dengan para pelaksana kebijakan yang berkapasitas sebagai penerimanya. Ada kebutuhan yang sama antara pelaksana kebijakan sebagai sumber pesan pesan kedua (setelah pembuat kebijakan) dengan khalayak sebagai penerima pesan. Komunikasi dua arah, dapat juga berupa komunikasi yang konsultatif, di mana sumber pesan dengan penerima pesan memberikan kontribusi yang seimbang.
    Jika digambarkan, model komunikasi interaksi ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Pesan
2. Pesan
3. Saluran
4. Penerima Pesan

3. Model Komunikasi Multiarah

13 

    Model komunikasi ini disebut juga model komunikasi transaksi. Model komunikasi ini mempunyai aliran yang multiarah. Aliran pesan, tidak saja dari sumber pesan ke penerima atau dari penerima ke sumber pesan, melainkan dapat terjadi antar sumber pesan dan antar penerima pesan. Dengan demikian, keseluruhan komponen-komponen komunikasi, baik yang bertindak sebagai pemberi pesan maupun yang bertindak selaku penerima pesan, sama-sama memberikan kontribusi yang seimbang dalam proses komunikasi.
    Menurut model komunikasi transaksi, pembuat kebijaksanaan, pelaksana kebijaksanaan dan khalayak sasarannya, sama-sama aktif dalam proses komunikasi. Dengan demikian, pesan-pesan kebijakan tersebut dapat dicerna persis oleh mereka.

2.8 Problema Komunikasi Kebijaksanaan Pendidikan
    Problema komunikasi kebijaksanaan dapat dibedakan atas yang bersumber dari komunikatornya, yang bersumber dari pesannya sendiri, dan yang bersumber dari komunikannya.
    Problema yang bersumber dari komunikator kebijakan pendidikan adalah:
1. Kurang ahlinya komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan kebijaksanaan, sehingga kebijaksanaan pendidikan yang rumusannya jelas, bisa tidak jelas karena tidak disampaikan dengan baik oleh komunikatornya.

2. Komunikator mempunyai referensi yang berbeda dengan komunikan dalam banyak hal. Berbedanya referensi ini bisa menjadi penyebab taktepatnya jargon-jargon yang dipakai oleh komunikator dalam 14 menyampaikan pesan-pesan kebijaksanaan pendidikan, dari visi komunikan.

3. Kurangnya kredibilitas komunikator di mata komunikan. Kredibilitas komunikator, meliputi banyak hal, mulai dari tingkat ketokohannya di masyarakatnya (di mata komunikan), perilaku dan sikapnya, serta kemampuan aktingnya. Bagaimanapun juga, komunikator adalah orang yang menjadi pusat perhatian khalayak. Karena itu, kapasitas pribadinya tidak akan lepas dari penilaian khalayak.
    Problema-problema komunikasi kebijaksanaan pendidikan yang bersumber dari pesannya sendiri adalah:
1.) pesan itu sendiri, ialah rumusan kebijaksanaan nya tidak begitu jelas. Ketidakjelasan rumusan ini terjadi sebagai akibat dari banyaknya kompromi dan upaya konsensus yang dilakukan oleh para aktor pada saat merumuskan kebijaksanaan. Jika rumusan kebijaksanaan itu tidak jelas, maka akan ditangkap komunikator secara tidak jelas, lebih-lebih jika disampaikan kepada komunikan atau khalayak, akan tertangkap tidak jelas lagi.

2.) Sebagai rumusan kebijaksanaan yang baru dan belum mengkhalayak, bisa jadi rumusan kebijaksanaan tersebut dirasakan asing oleh khalayak. Karena dirasakan asing, memberikan peluang bagi munculnya penolakan dari komunikan. Sebab, seberapa pun kadarnya, komunikan pasti telah punya referensi mengenai banyak hal. Referensi yang telah ada dalam dirinya tersebut, bisa menjadi penyebab resistensinya terhadap hal-hal yang baru, terlebih dengan hal-hal yangasing.

3.) Sebagai akibat dari komprominya banyak aktor dalam merumuskan kebijaksanaan tidak jarang rumusan kebijaksanaan tersebut sangat ideal dan kurang realistik. Ini bisa menjadi penyebab komunikan yang

15 

menerima pesan dari komunikator tersebut apatis, karena menganggap apa yang disampaikan oleh komunikator sekedar isapan jempol. Misalnya saja, rumusan kebijaksanaan yang terlalu ambisius dan tidak mungkin dapat dilakukan.
    Di dunia pendidikan, contoh demikian pernah terjadi, misalnya saja dengan mandeknya kebijaksanaan pendidikan di SMA, yang memecah program menjadi program A dan program B. Sampai dengan sekarang, program B tersebut ternyata macet sampai dengan waktu yang tidak diketahui, karena apa yang baik dalam gagasan belum tentu realistik dengan keadaan yang ada di SMA-SMA. Fasilitas dan sumber daya manusia yang cakap untuk pelaksanaan program tersebut ternyata terbatas dalam dunia pendidikan kita.
    Haruslah diketahui, bahwa program B yang ditunda pelaksanaannya tersebut memang telah pernah diujicobakan dan berhasil, melalui eksperimentasi yang cukup panjang, ialah melalui SMA PPSP di sepuluh LPTK. Mengingat diSMA PPSP, segala sumber-sumber potensial yang dibutuhkan telah tersedia, maka hasil eksperimentasi tersebut mengalami hambatan pada sekolah-sekolah konvensional yang sumber daya pendidikannya terbatas.
    Sementara itu, problema komunikasi kebijakan pendidikan yang bersumber dari komunikannya adalah:
a.) Heterogennya komunikan. 
    Heterogenitas komunikan ini, bisa dalam hal tingkatan pendidikannya, ragam etnik, kepercayaan dan agamanya, dan ragam simbol-simbol yang dipakai dalam kehidupannya. Heterogenitas komunikan ini, menjadikan penyebab sulitnya mencari “bahasa” yang cocok untuk mereka. Penyesuaian penyampaian pesan berdasarkan mereka yang berada di strata atas, tentu menjadi penyebab tidak dipahaminya pesan-pesan tersebut oleh rakyat kebanyakan, sementara jika menyesuaikan dengan mereka yang tingkatannya rendah, bisa dianggap tak berbobot oleh mereka yang berada di tingakatan atas.

16 

b.) Adanya pengetahuan sebelumnya dari pihak komunikan yang berbeda sama sekali dengan pesan-pesan kebijaksanaan yang baru saja ia terima.

    Seleksi yang dilakukan ini bisa menjadi penyebab diterimanya kebijaksanaan tersebut secara sepotong-sepotong dan tidak utuh. Tidak utuhnya penerimaan atas rumusan kebijaksanaan bisa menjadi penyebab kelirunya pemahaman seseorang mengenai kebijaksanaan.


BAB III 
PENUTUP 

3.1 Kesimpulan 
    Komunikasi kebijaksanaan pendidikan merupakan suatu proses berbagi informasi, ide, atau sikap mengenai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan. Komunikasi kebijaksanaan n pendidikan sangat diperlukan bagi masyarakat agar mereka memahami lebih dalam mengenai kebijaksanaan pendidikan, menghindari kesalahpahaman. Komunikasi kebijaksanaan pendidikan juga mempunyai beberapa batasan yakni. Para pelaksana kebijaksanaan pendidikan bersama dengan perangkatnya mengkomunikasikan lagi rumusan kebijaksanaan tersebut kepada khalayak umum. Di dalam prakteknya kebijakan pendidikan memiliki beberapa model dianntaranya model komunikasi satu arah, model komunikasi dua arah, dan model komunikasi multiarah. Komunikasi kebijaksanaan pendidikan di dalam kehidupan sehari-hari terutamanya di dalam bidang pendidikan memiliki beberapa problematika yakni kurang ahlinya komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan kebijaksanaan, sehingga kebijaksanaan pendidikan yang rumusannya jelas, bisa tidak jelas karena tidak disampaikan dengan baik oleh komunikatornya. Kedua, komunikator mempunyai referensi yang berbeda dengan komunikan dalam banyak hal, Ketiga, kurangnya kredibilitas komunikator di mata komunikan. Sementara itu, problema komunikasi kebijaksanaan pendidikan yang bersumber dari komunikannya adalah: Pertama, heterogennya komunikan, Kedua, adanya pengetahuan sebelumnya dari pihak komunikan yangberbeda sama sekali dengan pesan-pesan kebijakan yang baru saja ia terima.


DAFTAR PUSTAKA 

http://medianamwp.blogspot.co.id/2013/04/komunikasi-kebijakan-pendidikan.html

Post a Comment

0 Comments